awas gunung agung |
KARANGASEM, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mendeteksi
adanya perubahan bentuk (deformasi) Gunung Agung.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Gede Suantika mengatakan,
perubahan bentuk ini diketahui setelah PVMH melakukan pemantauan menggunakan
Elektronik Distance Meter (EDM) di Pos Pemantau Gunung Agung di Kecamatan Rendang,
Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu (27/9/2017).
"Perubahan masih dalam mikrometer, terpantau ada deformasi
tubuh gunung," kata Suantika.
Deformasi merupakan salah satu indikasi untuk mengukur terjadinya
letusan. Deformasi yang semaki tinggi menunjukan kemungkinan letusan makin
tinggi.
Pengukuran dilakukan dengan menembakkan laser ke reflektor. Cermin
reflektor diletakkan pada jarak 1 km dari pos pantau. Kemudian petugas
menembakan laser menggunakan alst IDM dari pos pantau.
"Tiap hari petugas mengukur deformasi gunung
Agung," kata Suantika.
Berdasarkan data pengukuran menunjukan jarak antara IDM dan
reflektor semakn dekat. Sementara itu, pantauan di Gunung Agung, Rabu
(27/9/2017) mulai pukul 00.00 - 06.00 Wita terjadi 165 kali gempa vulkanik
dalam, 106 kali vulkanik dangkal dan 27 kali tektonik lokal.
Bahkan getaran gempa tektonik terasa sampai ke pos pantau yang
jaraknya 12 km dari puncak Gunung. Secara visual gunung tertutup kabut dengan
suhu udara suhu udara 22-25 derajat celcius dan kelembaban udara 78-84 persen.
Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan
tinggi 50-200 m di atas kawah puncak.
Intensitas
kegempaan Gunung Agung di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem,
Bali, mengalami peningkatan tajam sepanjang Minggu (24/9/2017).
Peningkatan
kegempaan ini menunjukkan dobrakan tekanan magma ke atas (puncak) kian nyata
dan kuat.
Hal
tersebut disampaikan Kabid Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementrian
ESDM, I Gede Suantika, Minggu (24/9/2017), di Pos Pengamatan PVMBG, Desa
Rendang, Karangasem.
"Kegempaan
yang kami rekam besarnya semakin hari kian meningkat, dan itu berupa
gempa-gempa terasa. Meningkatnya aktivitas kegempaan menunjukkan bahwa dobrakan
tekanan magma ke atas itu kian nyata dan kuat," terangnya.
Semenjak
status Gunung Agung ditetapkan Awas (Level IV), tingkatan tertinggi dalam
gunung berapi, aktivitasnya memang semakin meningkat.
Peningkatan
aktivitas gunung tertinggi di Bali ini dicirikan dengan:
1.
Semakin banyaknya gempa-gempa vulkanik dalam, dangkal, serta gempa tektonik.
2.
Bahkan beberapa kali gempa yang dirasakan dengan skala III-IV MMI (Modified Mercalli Intensity atau Skala Mercalli) dari Pos Pengamatan PVMBG Rendang.
3.
Padahal sebelumnya pada Sabtu (23/9/2017) gempa yang dirasakan hanya dengan
skala II MMI.
4.
Tercatat, aktivitas kegempaan pada Minggu (24/9/2017) terhitung mulai pukul
00.00-06.00 Wita telah terjadi 178 kali gempa vulkanik dalam.
5.
Sedangkan vulkanik dangkal 109 kali ,dan 13 kali gempa tektonik lokal. Terjadi
satu kali gempa yang dirasakan dengan skala IV MMI.
6.
Selanjutnya terhitung dari pukul 06.00-12.00 Wita terjadi 154 kali gempa
vulkanik dalam, 102 kali vulkanik dangkal, dan 29 kali gempa tektonik lokal.
Dari periode ini terjadi dua kali gempa yang dirasakan dengan skala IV MMI.
7.
Pukul 12.00-18.00 Wita terjadi 146 gempa vulkanik dalam, 76 vulkanik dangkal,
dan 22 gempa teknonik lokal. Sedikit menurun dibanding pada periode 12 jam
sebelumnya.
8.
Namun terjadi peningkatan gempa yang dirasakan di Pos Pengamatan PVMBG.
9.
Pada Minggu (24/9/2017) sekitar pukul 13.00 Wita terjadi gempa yang getarannya
cukup terasa, berkekuatan 3,2 skala ricther. Itu menunjukkan energi di dalam
Gunung Agung semakin besar, dan mungkin penutupnya atau berupa lapisan
permukaan Gunung Agung ini semakin lemah dengan adanya tekanan dari dalam.
"Terjadi
empat kali gempa terasa dengan skala III sampai IV MMI," papar Suantika.
Menurut
Kepala PVMBG, Kasbani, MMI adalah skala untuk mengukur intensitas gempa.
Skala
ini menggambarkan efek yang dirasakan dari suatu gempa dari tempat yang kita
rasakan.
"Skala
MMI itu goncangan dan dampak gempa di tempat kejadian di mana kita berada. Saya
berada di tempat pos pengamatan, sedangkan orang lain ada di tempat lain, skala
MMI-nya berbeda," terang Kasbani, kemarin.
Untuk
data skala MMI dari PVMBG berdasarkan apa yang dirasakan di Pos Pengamatan Desa
Rendang.
Dijelaskan
Kasbani, skala MMI dibagi 12 tingkatan dari I sampai yang paling parah yaitu
skala XII.
Adapun
aktivitas vulkanik Gunung Agung sejak Sabtu (23/9) hingga Minggu (24/9/2017)
masih fluktuatif.
Dari
segi kegempaan, aktivitas kegempaaan vulkanik dalam sudah mengalami perlambatan
peningkatan.
"Tapi
gempa vulkanik dangkal mulai meningkat perlahan. Artinya sumber tekanan
seandainya terjadi letusan akan semakin dangkal," jelas Suantika.
Pada
Minggu (24/9/2017) sekitar pukul 13.00 Wita terjadi gempa yang getarannya cukup
terasa.
Suantika
mengatakan gempa tersebut berkekuatan 3,2 skala ricther.
"Itu
menunjukkan energi di dalam Gunung Agung semakin besar, dan mungkin penutupnya
atau berupa lapisan permukaan Gunung Agung ini semakin lemah dengan adanya
tekanan dari dalam. Itu yang menyebabkan guncangan terasa," jelas
Suantika.
Sementara
itu, kepulan asap solfatara kembali menyembul dari Gunung Agung, Minggu
(24/9/2017) pagi.
Namun
kepulan asap yang dikeluarkan tidak terlalu tebal.
Asap
tipis ini mulai terpantau sejak pukul 06.00 Wita.
"Jadi
kondisi terakhir pukul 06.00 Wita secara visual terlihat ada kepulan asap tipis
mencapai ketinggian 200 meter dari puncak Gunung Agung. Kepulan asap itu
dilaporkan juga dari Rendang dan dari utara ada laporan," jelasnya.
Munculnya
kepulan asap putih dari kawah gunung ini mengindikasikan terjadinya pemanasan
terus menerus.
"Tadi
pagi juga kami lihat ada kepulan asap putih dari kawah. Itu mengindikasikan
adanya pemanasan terus menerus. Begitu magmanya mendekat ke permukaan,
pemanasan air lebih dulu menjadi uap. Ini yang menyembul ke atas,"
paparnya.
Sementara
pantauan visual Gunung Agung di Pos Pengamatan di Desa Rendang pukul 07.00
Wita, Gunung Agung terlihat jelas walaupun diselimuti kabut tipis.
Namun
pukul 11.20 Wita visual Gunung Agung tidak terlihat.
Gunung
dengan ketinggian 3.031 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini diselimuti awan
mendung tebal disertai kabut.
Isu Meletus
gunung agung |
Kemarin
sempat beredar isu Gunung Agung akan meletus tadi malam.
Tidak
jelas sumber yang menyebarkan isu tersebut hingga sempat membuat warga panik.
Kabar
tak jelas tersebut mendapat tanggapan Kasbani.
Lewat
situs resmi PVMBG kemarin, Kasbani menyatakan pihak PVMBG tidak dapat
memastikan kebenarannya karena ramalan tersebut dilakukan dengan menggunakan
pendekatan yang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh PVMBG dalam memahami
aktivitas gunungapi.
PVMBG
melihat tanda-tanda aktivitas gunungapi melalui pengamatan secara menerus (24
jam/hari) secara visual maupun instrumental.
Analisis
terakhir PVMBG mengindikasikan bahwa energi kegempaan vulkanik Gunungapi Agung
terus meningkat dan memiliki potensi untuk meletus.
"Namun
demikian, baik PVMBG maupun seluruh ahli gunung api di dunia yang mempelajari
aktivitas gunung api secara ilmiah, belum ada satu pun yang mampu memastikan kapan
letusan akan terjadi," kata Kasbani, yang lulusan S1 Teknik Vulkanologi di
ITB Bandung dan S2 di Selandia Baru.
Demiian berita terkini mengenai gunung agung denapasar bali.
No comments:
Post a Comment